Biografi dan Perjalanan Hidup Ibnu An-Nafis
·
Biografi dan perjalanan hidup Ibnu An-Nafis
Nama lengkap Ibnu Nafis adalah al-Din Abu al-Hasan Ali Ibn Abi
al-Hazm al-Qarshi al-Dimashqi. Dia biasa dipanggil dengan Ad-Dimasyqi, karena
ia dilahirkan di Syam dan awal masa mudanya ia habiskan di kota Damaskus,
sebagaimana dia juga dipanggil dengan Al Mishri, karena ia telah mengabiskan
sebagian besar usianya di kota Cairo dan memiliki ikatan yang kuat dengan Mesir
dan penduduknya. Selain itu, ia juga mempunyai nama panggilan lain, yaitu The
Second Avicenna (Ibnu Sina Kedua), yang diberikan oleh para pengagumnya.
Ibnu Nafis lahir pada tahun 1213 di Damaskus referensi lain
menyebutkan ia dilahirkan di Syria pada tahun 607 H (1210 M). Ia menghabiskan
masa kecilnya di kota tersebut hingga menjelang dewasa. Dia tinggal dan menetap
di Mesir hingga ajal menjemputnya.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Ibnu Nafis menempuh
pendidikan kedokteran di Medical College Hospital. Gurunya adalah Muhalthab
al-Din Abd al-Rahim. Selain itu, ia juga mempelajari hukum Islam. Di kemudian
hari, selain sebagai dokter, Ibnu Nafis juga dikenal sebagai pakar hukum Islam
bermazhab Syafi'i. Pada tahun 1236, setelah menyelesaikan pendidikannya di
bidang kedokteran dan hukum Islam, Ibnu Nafis meninggalkan tanah kelahirannya
menuju Kairo, Mesir. Di sana, ia belajar di Rumah Sakit al-Nassiri. Prestasinya
yang gemilang membuat ia kemudian ditunjuk sebagai direktur rumah sakit
tersebut.
Sebagai seorang dokter, Ibnu Nafis tidak pernah merasa puas dengan
ilmu kedokteran yang dimilikinya. Ia terus memperkaya pengetahuannya melalui
berbagai observasi. Hal inilah yang membuat namanya terkenal. Ia adalah dokter
pertama yang mampu menerangkan secara tepat tentang paru-paru dan memberikan
gambaran mengenai saluran pernapasan, juga interaksi antara saluran udara
dengan darah dalam tubuh manusia. Ibnu Nafis dikenal sebagai seorang dokter
muslim yang mempunyai pendapat dan pemikiran yang masih murni, terbebas dari
berbagai pengaruh Barat.
Dalam studinya, Ibnu Nafis menggunakan beberapa metode, yaitu
observasi, survei, dan percobaan. Ia mempelajari ilmu kedokteran melalui
pengamatan terhadap sejumlah gejala dan unsur yang mempengaruhi tubuh. Menurut
Ibnu Nafis, selain melakukan pengobatan, memeriksa unsur-unsur penyebab
munculnya penyakit juga perlu. Selain itu, ia juga memaparkan mengenai fungsi
pembuluh arteri dalam jantung sebagai pemasok darah bagi otot jantung (Cardiac
Musculature). Penemuannya mengenai peredaran darah di paru-paru ini merupakan
penemuan yang menarik. Sehubungan dengan hal itu, Nafis dianggap telah
memberikan pengaruh besar bagi perkembangan ilmu kedokteran Eropa pada abad
XVI. Lewat penemuannya tersebut, para ilmuwan menganggapnya sebagai tokoh
pertama dalam ilmu sirkulasi darah.
·
Kepribadian
Ibnu An-Nafis merupakan seorang ilmuwan yang taat beribadah, wara',
dan gemar menimba ilmu hingga dia tidak sempat untuk menikah. Sifat keberanian
ilmiahnya telah mengantarkannya untuk mengemukakan pendapat-pendapatnya tentang
kedokteran, sekalipun pendapat itu berbeda dengan pendapat dua ilmuwan besar,
yaitu Ibnu Sina dan Galenus. Padahal pada saat itu berbeda pendapat dengan
keduanya adalah suatu kesalahan yang tidak bisa dimaafkan.
Karena kepasrahannya kepada Tuhan dan agamanya, dia menolak untuk
diobati dengan meminum arak -padahal saat itu dia sedang berbaring di ranjang
kematian. Dia tidak mau menemui Tuhannya dalam
keadaan mulutnya berbauk arak, yaitu minuman yang telah diharamkan oleh Allah
Subhanahu Wa Ta'ala.

·
Penemuan
1. Penemuan terpenting Ibnu An-Nafis adalah keberhasilannya
menemukan sirkulasi darah kecil (Pulmonary Circulation), yang berfungsi sebagai
tempat mengalirnya darah dari hati ke dua paru-paru untuk membuang
karbondioksida dan menggantikannya dengan oksigen. Sedangkan hemoglobin
berfungsi membawa darah ke aliran darah dan menambah sel-sel tubuh sesuai
dengan kebutuhannya. Darah kemudian kembali mengalir ke hati untuk
menyalurkannya ke seluruh organ tubuh melalui peredaran darah umum bagi tubuh.
Ibnu An-Nafis telah menulis penemuannya tersebut dalam sebuah buku yang
berjudul "Syarhu Tasyrih Ibnu Sina." Akan tetapi penemuannya belum
dikenal sebelum seorang dokter berkewarganegaraan Mesir, Muhyiddn At-Tathawi,
yang diutus ke Jerman menemukan manuskrip buku tersebut di salah satu
perpustakaan Jerman. Di dalam buku ini ditegaskan secara pasti bahwa Ibnu
An-Nafis telah berhasil menemukan sirkulasi darah kecil (Pulmonary
Circulation). Selanjutnya dokter Mesir ini mempelajari manuskrip karya Ibnu
An-Nafis dan membandingkannya dengan riset-riset kedokteran modern. Hasil
kajiannya dia tuangkan ke dalam sebuah buku yang diberi judul "Ad-Daurah
Ad-Damawiyah Tab'an Li Al-Qurasyi. "
Pada tahun 1924 Masehi, Muhyiddin At-Tathawi mengajukan buku yang
dia tulis ke Universitas Freiburg Jerman untuk meraih gelar doktor. Anehnya,
para dosen At-Tathawi di universitas itu merasa terkejut dan meragukan apa yang
dia tulis, karena menurut sepengetahuan mereka bahwa penemu Pulmonary
Circulation adalah seorang dokter Inggris, yaitu William Harvey (1578-1657 M).
Di dalam bukunya, Harvey telah menyebutkan sirkulasi darah secara umum termasuk
di antaranya sirkulasi darah kecil tanpa mencantumkan referensi Arab. Harvey
belajar kedokteran di Padua University yang terkenal di kota Venicia, Italia.
Di antara dokter yang pernah belajar di universitas itu, selain Harvey adalah
seorang dokter Spanyol yang telah mempelajari kedokteran Arab Andalusia dan
menetap di Spanyol hingga setelah kaum muslimin diusir dari negeri itu. Dokter
Spanyol itu bernama Miguel Serveto. Dia telah menempatkan bukunya di Padua
University.
Di dalam buku itu, dia membahas tentang sirkulasi darah kecil dan
hal-hal lain sebagaimana yang telah dibahas oleh Ibnu An-Nafis di dalam
bukunya. Tidak diragukan lagi bahwa Harvey telah mempelajari buku Serveto, dari
buku itu dia mengetahui penemuan Ibnu An-Nafis tentang sirkulasi darah kecil
yang kemudian dia pakai untuk menemukan sirkulasi darah umum. Para dosen yang
membimbing penulisan desertasi At-Tathawi merasa harus merujuk kembali
karya-karya dokter Arab agar mereka mengetahui kebenaran yang
dipersembahkannya. Lalu mereka memilih seorang ilmuwan Jerman yang berprofesi
sebagai dokter dan orientalis, Mairhov. Setelah mempelajari manuskrip Ibnu
An-Nafis, dia menyimpulkan pendapat yang memperkuat kebenaran pendapat Dr.
At-Tathawi, yaitu Ibnu An-Nafis adalah penemu sirkulasi darah kecil yang
pertama. Demikianlah Ibnu An-Nafis mendapatkan pengakuan secara resmi setelah
sekian lama dia tidak diakui.
2. Ibnu An-Nafis juga mempelajari ilmu anatomi, sekalipun dia telah
menafikannya di dalam beberapa bukunya. Bukti bahwa dia telah menggeluti ilmu
anatomi banyak ditemukan di dalam buku-bukunya. Di dalam bukunya dia telah
membuat beberapa kesimpulan hasil eksperimennya. Dr. Amir An Najjar telah
menyimpulkannya kepada kita di dalam bukunya "Fi Tarikh At Thib Fi Ad
Daulah Al Islamiyah" beberapa hal berikut:
3. Ibnu Nafis menyebutkan bahwa peradaran darah ke hati dilakukan
melalui urat darah halus yang tersebar di seluruh bagian hati dan bukan di
jantung sebelah kanan saja. Ini merupakan bukti bahwa Ibnu Nafis menemukan
sirkulasi darah di pembuluh darah jantung (coronary arteries). Ibnu Nafis
berani mengungkapkan penemuannya ini sekalipun bertentangan dengan pendapat
Ibnu Sina.
4. Ibnu
An-Nafis menegaskan bahwa darah mengalir dari hati ke paru-paru untuk
mendapatkan udara dan bukan untuk memberi makan paru-paru, sebagaimana
kesimpulan itu diyakini secara umum di kalangan semua dokter pada masanya.
5. Ibnu
An-Nafis menyebutkan adanya hubungan antara urat darah halus dan pembuluh darah
di paru-paru yang berfungsi mengalirkan darah, akan tetapi penemuan ini diklaim
oleh seorang dokter Italia, Matteo Colombo (1516-1559 M), sebagai penemuannya.
6. Ibnu
An-Nafis berkesimpulan bahwa pembuluh darah pada kedua paru-pare hanya berisi
darah saja, dan dia menafikan adanya udara di dalamnya atau endapan sebagaimana
yang diyakini oleh Gelenus.
7. Ibnu An-Nafis menyebutkan bahwa dinding urat darah halus pada
kedua paru-paru lebih tebal dari pada dinding dinding pembuluh darah, karena ia
terdiri dari dua lapisan. Namun yang sangat disayangkan, sejarawan Eropa
mengatakan bahwa ini ditemukan oleh Serveto. Kita masih meragukan ini, karena
bisa jadi dia mengutipnya dari Ibnu An-Nafis atau dari salah seorang yang
mengutip darinya tanpa menyebutkan sumbernya.
8. Ibnu An-Nafis menafikan adanya lubang apapun pada dinding
pemisah antara kedua bagian hati. Kesimpulan ini sesuai dengan kedokteran
modern.
9. Ibnu An-Nafis adalah orang yang pertama kali menemukan jalannya
darah pada pembuluh rambut (capillaries), yaitu sebuah tempat penampungan darah
yang sangat tinggi dan dindingnya sangat lembut.
10. Ibnu
An-Nafis memperhatikan dasar-dasar ilmu kedokteran secara umum, atau dengan
mempelajari berbagai fenomena dan faktor-faktor yang berpengaruh kepada badan,
serta mempelajari sebab-sebab orang sakit, melebihi perhatiannya kepada terapi
secara medis.
11. Ibnu An-Nafis selalu menghindari penggunaan obat-obatan untuk
mengobati orang sakit, selama me-mungkinkan untuk disembuhkan dengan makanan
yang sesuai baginya. Apabila terpaksa menggunakan obat-obatan, dia menghindari
obat-obatan yang terdiri dari berbagai bahan campuran, selama masih
memungkinkan mengobati dengan satu macam obat saja.

Komentar
Posting Komentar